Pertama kali bertemu denganmu saat pesta pernikahanku dengan Naussea. Saat itu aku belum tau siapa dirimu, kami pun bertanya-tanya. Tapi walaupun begitu, kau memberikan senyum hangatmu untuk kami semua. Kamu diajak Intan, yang sekarang menjadi pacarmu. Eir. Itu nama ngerumpimu.
Sifatmu yang pendiam, namun hangat, ditambah dengan mudahnya dirimu melebur dengan kami yang saat itu baru saja kenal denganmu.
Pertemuan kedua membuat aku lebih mengenal dirimu. Tutur katamu yang sopan, santun dan tetap bisa bercanda ria dengan kami, yang nyeleneh ini. Senang rasanya bila teman-teman bisa berbaur J. Tulisanmu juga sudah tidak diragukan lagi, selalu menyenangkan bagi pembaca dan mudah dicerna. Kamu adalah salah satu penulis hebat, Eir.
Semua kenangan itu sekarang tinggallah kenangan. Sedih memang, sedih sekali. Semoga kenangan baik ini bisa membuat kami selalu dekat denganmu.
Semalaman saya tidak berhenti menangis, membayangkan hati seorang wanita di ujung Indonesia sana. Intan. Sahabatku. Pacarmu, yang saat ini sedang sangat berduka karena mencintaimu. Dengan semua kenangan serta harapan dan mimpi dimasa depan. Tuhan punya rencana lain untukmu sayang, jangan takut. Jangan bersedih. Kami, para sahabatmu akan selalu ada untukmu.
Selamat Jalan, Eir. Kami akan merindukan sosokmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar