Kisah ini kuceritakan kembali atas cerita lisan dari seorang teman.
Suara menangis sesegukanmu terasa sangat menggema ditelingaku dan dijantungku.
Engkau menangis, kudiamkan. Tangismu makin pecah saat aku mengabaikanmu.
Aku telah memperingatkanmu. Aku telah mengingatkanmu.
Kau tetap menangis, di atas kasurku kau melingkarkan tubuhmu dengan perut yang telah terisi janin.
“ni, ngomong..aku minta maaf”
Aku tetap diam, malas melihatmu...sahabat baikku.
“ni, aku minta maaf”, kau turun dari tempat tidurku dan berusaha menggapai kakiku.
Aku mengelak, aku sedih, hatiku terasa teriris. Airmataku menetes.
“aku sudah bilang kan, dia itu bukan cowok baik-baik. Kenapa kamu ngga pernah mau dengar. Malah kamu musuhin aku demi dia.” Aku duduk, memandang wajahmu yang tampak sayu, lelah dan bingung.
“maafkan aku ni, aku tau aku salah. Tapi aku sayang dia.” Katamu lirih. Airmataku semakin deras mengalir.
“kalau gitu minta pertanggungjawaban dia dunk!”
“aku...aku... ngga bisa ni”, ujarmu gagap.
“kenapa??hah? kenapa? Apa perlu aku yang datang kepadanya”
“jangan ni, jangan. Aku mohon” tangismu pecah mengisi seluruh ruangan dirumahku.
“dia...dia...sedang menyiapkan pernikahan” lagi-lagi kau mengatakannya dengan lirih.
“bagus dunk. Artinya dia serius dengan kamu” kataku melunak, dan berusaha tersenyum.
“tapi bukan dengan ku”, perkataanmu membuatku sakit...sangat sakit.
“lho, bukannya dia ingin menikahimu, seperti ceritamu kemaren”
Kau terdiam. Hanya ada suara tangis yang tak henti. Hingga kau tertidur dikamarku.
Kepalaku pusing, perutku mual, darahku mendidih. Aku sangat kesal...dengan pacarmu yang dulu adalah mantanku.
Kau mengulangi lagi perbuatanmu, untung aku sempat lari dari rumah hinamu sebelum kau menyentuhku.
Teman, kuatlah..karena kau pasti bisa melewati ini semua.
Aku akan bantu permasalahanmu dengan seluruh daya dan upayaku.
Karena aku sahabatmu.
-sebulan setelah kejadian ini, seorang sahabat itu meninggal bunuh diri karena tidak dapat menanggung malu. Sedangkan sang pria, menikah dengan teman sekantornya, yang juga... hamil-
jika ini bukan fiksi, sangat tragis sekali, di zaman ketika orang2 menuhankan cinta memang harus bijak memfilter masalah .. salah2 bisa gameover deh
BalasHapusyup...harus kuat dalam menghadapi suatu masalah :)
BalasHapus