Senin, 28 Januari 2013

Di Bangku Taman Itu...


Di bangku taman itu..
Aku pertama kali melihatmu. Tampak serius membaca buku filsafat dan sesekali melirik jam tanganmu, seperti sedang menunggu seseorang.  Saat aku duduk disampingmu, engkau mulai melirikku sambil tetap menatap buku filsafatmu.
Di bangku taman itu..
Engkau mulai sering datang untuk hanya sekedar duduk, padahal aku tahu. Kau datang untuk melihatku...iyah, hanya untuk melihatku.
Di bangku taman itu...
Engkau menyatakan perasaanmu padaku. Kau nyatakan cintamu. Hatiku senangnya bukan main. Aku seperti dibawa ke langit ke tujuh, karena aku pun mencintaimu.
Di bangku taman itu...
Kita banyak bicara. Banyak saling melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak perlu tempat mewah, mall atau restoran mewah untuk membuatku terkesan.  Cara bicaramu saja, sudah membuatku tersenyum bahagia.
Di bangku taman itu...
Engkau melamarku. Benar-benar memintaku untuk menjadi pendamping hidupmu. Ya Allah, mungkin engkaulah jawaban atas doa-doaku. Aku pun mengiyakan.
Di bangku taman itu..
Kita merencanakan acara penting kita. Mulai dari hal-hal kecil, hingga pesta dengan mengundang ratusan orang, karena aku dan kamu anak tunggal, sehingga keluarga kita berdua ingin pesta yang megah.  Aku sungguh bahagia.
Di bangku taman itu...
Aku menunggumu.  Kau tidak juga datang. Sudah 2 bulan setelah kau melamar, kau menjadi jarang datang kesini dan mudah membatalkan janji kita untuk bertemu. Entah kenapa.
Di bangku taman itu...
Menjelang 2 minggu sebelum pernikahan kita, aku menunggumu sambil membawa setumpuk kartu undangan yang akan kita bagikan bersama.tapi, lama kutunggu...kau tak jua datang. Tebersit rasa kecewa. Tapi akhirnya kau datang, kau datang dengan muka yang murung. Entah mengapa, tapi aku tahu bahwa ada yang tidak beres.
 Di bangku taman itu..
Aku duduk terdiam. Menunggumu untuk terakhir kalinya.
Menantikan kedatanganmu yang terakhir kalinya. Iyah, terakhir kalinya.
karena engkau telah membatalkan pernikahan kita.  Tepat...2 minggu sebelum perlehatan itu digelar. 
Kau datang, aku memelukmu.
Memelukmu dengan sangat erat. 
Lama..
sangat lama..
hingga kau tidak bergerak, lunglai, lalu terjatuh.



Dan aku memegang sebilah pisau berlumuran darah.

"diposting di Ngerumpi.com tanggal 25 Agustus 2011

Silahkan Teruskan Sendiri :))


Bos telefon sekretarisnya :
"1 minggu kita akan pergi untuk perjalanan dinas, tolong siap2".
Sekretaris telefon suaminya :
"Mas, saya mo berangkat untuk perjalanan dinas 1 minggu, ati2 di rumah yah".
Suami telefon kekasih gelapnya :
"Istri ku mo berangkat dinas 1 minggu, kamu ada waktu?".
Kekasih gelap telefon anak kursusnya :
"Nak, ibu banyak kerjaan. Kursus ditiadakan selama 1 minggu".
Anak kursus bilang pada kakeknya :
"Kek, 1 minggu tidak ada kursus. Gurunya sibuk. Ayo kita jalan2 kek!".
Kakek (alias Bos) telefon sekretarisnya :
"Minggu ini saya mo jalan2 sama cucu saya, meeting dibatalkan".
Sekretaris telefon suaminya :
"Mas, dinas dibatalkan, aku ga jadi pergi".
Suami telefon kekasih gelapnya :
"Kamu tidak usah datang, istri ku tidak jadi pergi".
Kekasih gelap telefon anak kursusnya :
"Nak, kursus minggu ini berjalan seperti biasa".
Anak kursus bilang pada kakeknya :
"Kek, guruku bilang kursus berjalan normal. Kakek jalan sendiri aja".
Kakek telefon sekretarisnya :
"Minggu ini kita atur perjalanan dinas lagi. Kamu siap2 yah."


pernah di posting di Ngerumpi.com 

Senin, 14 Januari 2013

Hidup di Kota atau Di Desa?


Hampir 4 tahun saya tinggal di Banjarmasin, Banjarbaru tepatnya. Kotanya sih enak, semuanya bisa didapat, tidak perlu jauh-jauh ke Jakarta hanya untuk sekedar makan pizza, ato menikmati secangkir kopi Espresso. Tapi yang tidak habis pikir adalah persoalan air dan listrik yang tidak ada perubahan semenjak saya menginjakkan kaki di tanah Borneo ini.
Awal kedatangan saya disini, sambutan hangat sudah mulai terasa, yaitu mati listrik K
Ditambah dengan kondisi air PDAM dengan kualitas amat teramat parah, airnya hitam,berbau dan meninggalkan rasa lengket di badan. Tetapi saya harus bertahan, karena inilah jalan yang diberikan Tuhan agar saya belajar tentang hidup, karena selama ini saya selalu tinggal dengan ibu saya.
Tahun kedua saya disini, keadaan menjadi semakin parah. Setiap hari Sabtu, yaitu hari libur saya setelah 5 hari bekerja, pasti terjadi pemadaman listrik...bengonglah saya. dan hal ini berlangsung selama berbulan-bulan.
Tahun ketiga bukan listrik yang menjadi masalah utama, tapi air. Setiap tahun terjadi 3 kali pemutusan sementara aliran air, yang bisa berlangsung selama berhari-hari. Alasannya bermacam-macam, mulai dari pengurasan air, pembersihan pipa, pembersihan waduk dan alasan-alasan lainnya yang aneh untuk diterima.
Dan diawal tahun 2013 ini, kembali terjadi, mati aliran air pdam beserta mati listrik yang lumayan sering #spechless.
Saya bingung, setelah bertahun-tahun kejadian seperti ini, kenapa tidak ada perbaikan dari Pemerintah Daerah Kota Banjarbaru??
Saya ini hidup di kota atau di desa toh???